Batuk merupakan penyakit yang sering menyerang manusia. Setelah mengonsumsi obat batuk selama beberapa hari, umumnya kondisi para penderitanya menjadi lebih baik. Namun tidak demikian dengan Janet Lloyd. Batuk terus menderanya selama lebih dari 12 tahun.
Saat kondisinya agak membaik, Janet hanya batuk sekali-dua kali saja. Namun saat sekali batuk, dia akan terus menerus batuk hingga 20 menit. Bila kondisinya sedang buruk, Janet akan batuk berkepanjangan hingga 15 kali.
“Orang-orang berpikir batuk itu penyakit sepele dan sifatnya sementara, tapi batuk sudah menguasai hidup saya,” ujar perempuan 56 tahun itu seperti dilansir Daily Mail dan ditulis pada Kamis (25/10/2012).
Saat ini Janet yang merupakan pensiunan kepala sekolah tinggal bersama suaminya, David, yang juga mantan kepala sekolah. Mereka berdua hidup di Braithwell, dekat Sheffield, Inggris.
Gara-gara batuk, Janet harus pensiun dini. “Saat kerja jadi lebih sulit. Bagaimana tidak buruk, saat ada pertemuan dengan wali murid saya harus batuk. Dan kadang darah keluar dari mata saya karena pembuluh darah pecah,” ucapnya.
Saat akan batuk, Janet merasakan seperti ada sesuatu yang merayap naik ke tenggorokannya. Lalu uhuk uhuk, dia akan batuk berkepanjangan.
Bukan hanya urusan pekerjaan yang berantakan. Kehidupan sosial Janet pun terganggu gara-gara batuknya. Dia tidak bisa menonton film, pergi ke restoran, atau ke sejumlah acara, sebab khawatir orang lain akan terganggu oleh batuknya.
Kondisi kesehatan Janet pun memburuk gara-gara batuk. Selain pembuluh darah pecah di matanya, dadanya juga sakit karena tulang rawannya rusak, otot-ototnya lemah dan mengarah pada prolaps (kondisi dimana organ, seperti rahim, jatuh atau slip keluar dari tempatnya). Dia juga mengalami inkontinensia alias tidak mampu menahan air kencing saat batuk. Akibat batuk itu, dia harus menjalani histerektomi (bedah pengangkatan rahim (uterus)) dan operasi.
Janet menderita batuk jangka panjang atau kronis karena dipicu cuaca dingin atau virus.
Kondisi ini menurut para ahli dialami jutaan orang Inggris dan kasusnya terus meningkat. Saat ini Janet hanya bisa berharap ada pengobatan untuk batuknya. Sebab selama ini berbagai pengobatan yang dilakukan melalui fisioterapi, inhaler, operasi, scan dan sejumlah tes belum membawa hasil.
Janet adalah salah satu dari segelintir pasien yang mendapat resep pengobatan baru yang cukup radikal untuk penderita batuk kronis: thalidomide. Sebenarnya obat ini adalah obat tidur yang sekaligus juga untuk mengatasi mual muntah saat kehamilan. Namun ditengarai obat ini malah memicu bayi lahir cacat.
Saat awal mengalami batuk, Janet merasa penyakitnya akan segera sembuh dalam hitungan pekan. Karena tidak sembuh juga, dokter menyebut kemungkinan Janet menderita asma, sehingga dia diberi inhaler dan steroid. Namun batuknya tak berkurang.
“Sejak itu, kami telah mencoba segalanya,” kata Janet. “Saya telah memiliki morfin, inhaler, antihistamin, dan selusin atau lebih obat,” imbuhnya.
Dia juga menjalani operasi untuk membuat katup antara perut dan kerongkongan yang lebih kuat untuk mencegah aliran balik makanan dan gas ke kerongkongan. Dalam beberapa pekan, Janet tidak mengonsumsi makanan padat. Namun batuknya tidak juga membaik.
Histerektomi pun dijalani karena batuk melemahkan otot-otot yang mengarah ke rahim dan terjadi prolaps. Tak hanya itu, Janet juga menjalani operasi kandung kemih karena kontinensia yang dialaminya.
“Saya mengalami nyeri dada konstan karena batuk telah membuat tulang rawan yang menghubungkan tulang rusuk ke tulang dada aus. Dan ketika saya batuk, pembuluh darah pecah di mata saya,” paparnya. Dengan mengonsumsi thalidomide, dia berharap batuknya segera sembuh.
Thalidomide diteliti dalam tiga tahun terakhir untuk mengobati batuk. Penelitian Johns Hopkins University, di Amerika Serikat, menemukan obat ini mampu mengurangi batuk sebesar 63 persen pada pasien dengan fibrosis paru idiopatik (IPF).
“Beberapa studi kecil menyarankan obat ini mungkin efektif. Kami memiliki sejumlah pasien dengan batuk kronis selama bertahun-tahun dan kemungkinan telah mendapat manfaat (dari obat itu),” kata profesor kesehatan pernapasan di Klinik Batuk Hull NHS, Profesor Alyn Morice.
Para pasien yang mengonsumsi obat tersebut akan diawasi secara ketat. Sebab thalidomide memiliki sejumlah efek samping, seperti peningkatan risiko pembekuan darah dan mual. Obat ini tidak akan diresepkan untuk perempuan usia subur.
Batuk merupakan reaksi otomatis untuk menyingkirkan sesuatu yang mengganggu atau menghalangi saluran udara dalam tubuh. Saat ada yang menghalangi, reseptor di dinding saluran napas mengirim pesan ke otak, yang kemudian memberitahu otot-otot di dada dan napas untuk berkontraksi dan mengusir udara dengan kecepatan hingga 100 mph.
Kebanyakan batuk akan menghilang dalam waktu tiga minggu. Tetapi dalam beberapa kasus batuk bertahan selama lebih dari delapan pekan. Kondisi itulah yang didefinisikan sebagai batuk kronis.
Menurut Profesor Morice batuk kronis bisa terjadi karena lingkar pinggang yang terlalu besar. Kelebihan berat badan berpotensi meningkatkan tekanan pada katup antara perut dan kerongkongan sehingga menyebabkan batuk kronis.
Dia menjelaskan batuk yang sulit diobati disebabkan kombinasi berbagai faktor. “Batuk kronis mungkin timbul dari berbagai bagian tubuh, bukan hanya dada. Misalnya bisa muncul karena iritasi pada tenggorokan, refluks isi lambung, bahkan masalah telinga,” terang Profesor Morice.
Dikatakan dia, banyak dokter tidak menyadari penyebab lain dari batuk, sehingga pasien diberi pengobatan yang tidak tepat. Misalnya, pasien diberi obat untuk dada, padahal sebenarnya masalahnya ada di tempat lain.
“Kami telah melihat orang batuk yang diobati dengan obat asma, misalnya. Padahal penyebabnya sama sekali berbeda,” ujarnya.
Dengan diagnosis yang benar, batuk bisa segera disembuhkan. Bahkan batuk yang diderita selama bertahun-tahun bisa ditangani dengan baik. Profesor Morice bahkan pernah menangani seorang perempuan yang batuk kronis selama 66 tahun. Dengan penanganan yang benar, kondisi perempuan tersebut lebih baik.
Untuk menangani batuk, obat yang mengandung dextromethorphan, bisa membantu. Sebab obat ini bekerja dengan mengurangi aktivitas di bagian otak yang terlibat dalam batuk. Untuk batuk akut, mentol juga dapat membantu mengurangi aktivitas sel-sel saraf yang terlibat dalam refleks batuk. Selain itu, alkohol juga bisa digunakan untuk mengontrol batuk. Menurut Profesor Morice, alkohol sukses menghentikan batuk di malam hari.
Obat jenis steroid biasanya juga diberikan dokter untuk mengurangi peradangan pada batuk kronis. Sedangkan dalam kasus batuk refluks, pengobatan bisa juga dilakukan dengan operasi untuk memperkuat katup lambung.